Dunia bisa menerima orang bodoh

Headline yang bagus bukan? Versi lengkapnya adalah bahwa Dunia bisa menerima orang baru yang bodoh tidak kompeten tapi tidak dengan orang yang tidak pernah belajar.
Sebenarnya dunia tidak terlalu jahat jika kita mau berusaha memperbaiki diri, bagaimanapun kebanyakan dari kita akan memaafkan pelayan dengan seragam putih hitam alias pegawai baru namun mungkin tidak dengan yang sudah senior.
Kenapa demikian? karena kita tahu pegawai baru masih melakukan dalam prosses adaptasi sedangkan pegawai senior itu tidak pernah belajar untuk kesalahan yang sama.
Hidup tidak terlalu sulit, terkadang pikiran dan ekpetasi kita yang mempersulit. Tidak ada yang menuntut kita untuk menjadi sempurna di tempat baru bahkan kamu sendiri menolerir pelayanan baru bukan?
Semua yang nampak sulit hanya ada di kepala. Kita mempersulit diri sendiri dengan standard yang mungkin bukan standar kita sendiri. Itu mungkin bagus untuk motivasi namun untuk ketenangan batin? Kurasa tidak. Batin yang tidak tenang saat berproses dan ditambah standar kesempurnaan yang tinggi membuat orang tidak fokus dan mudah melakukan kesalahan/kecerobohan .
Dan saat kesalahan itu terjadi customer atau orang lain akan tahu bahwa kamu masih dalam proses belajar karena kamu masih baru disini. Namun bagaimana dengan kamu? kamu sendiri yang mengutuk diri sendiri dan merasa gagal membuat semua nampak sulit. Sekali lagi pikiran menghambat diri sendiri.
Memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri adalah cara yang baik untuk dilakukan, membuang siapa aku (keakuan) dalam pikiran, semudah bertindak sebagaimana semestinya sebagaimana kamu ingin diperlakukan adalah tindakan yang effisien.
Tidak memiliki standar keharusan berlebih untuk memuaskan orang bahkan tidak terlalu berekpetasi. Hanya lakukan saja seperti melayani diri sendiri (Tulus). Dengan sikap natural kebanyakan pelanggan akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa sedang berbicara dengan sales/pegawai atau pun agen marketing apapun.
Dan dengan tidak adanya spekulasi atau ekpetasi akan apapun apabila pelanggan pada akhirnya belum memutuskan untuk membeli produk atau jasa kita, maka kita tetap bisa melayaninya dengan menutup pembicaran yang baik alias kita tidak tiba-tiba memiliki perubahan ekpresi yang dratis (pelanggan cenderung bisa merasakan perubahan ini) maka dari itu dengan tidak berekpetasi terlalu tinggi maka kita bisa menjaga kenyamanan. (ingat, lakukan saja!)
Jika pelangan berhasil merasakan kenyamanan dari sikap natural itu, kemungkinan ia akan mencari kamu dilain hari saat merasa membutuhkan produk atau jasa yang pernah kamu tawarkan.
Atau jika ingin sedikit berandai/ berekpetasi mungkin akan menawarkan kamu sebuah posisi di tempat dimana orang tersebut bekerja/memiliki pengaruh karena merasa anda adalah kandidat yang sesuai untuk posisi tersebut.
Tapi sebaiknya tidak perlu berandai cukup layani diri sendiri sebagaimana diri ingin diperlakukan (tulus) selain baik untuk batin kamu baik juga untuk pelanggan/oranglain.
Kembali ke kasus pegawai baru, jika kamu melakukan kesalahan tetaplah minta maaf dan katakan kalau kamu baru disini. tapi jika kamu masih ingin bertopeng dengan selalu menjadi baru maka kamu masuk kategori yang tidak pernah belajar maka sesuai headline dunia memang tidak menolerir orang seperti kamu.
Lalu bagaimana kalau aku termasuk senior dan melakukan kesalahan? Tetap minta maaf. Dan terus la belajar. Mungkin pendekatan ‘seragam putih’ kurang universal untuk dijadikan sebagai contoh namun di dunia ini masih ada saja orang lama (senior) yang terlalu ceroboh yang enggan untuk belajar.
Selama kamu terus belajar maka tidakla masalah jika membuat kesalahan karena dikemudian hari semakin sedikit kesalahan yang akan kamu lakukan (prosess). Namun apabila kamu hampir tidak pernah melakukan kesalahan yaa itu bagus, selamat untukmu. Setidaknya banyak orang termasuk aku yang ingin berada di posisimu yang cepat bisa beradaptasi dimanapun berada.

Tinggalkan komentar